BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Wednesday, October 7, 2009

a well written comment on Malaysia-Indonesia issue

Lately, there has been a rumor saying that The Indonesians are going to attack Malaysian due to some misunderstanding and dissatisfaction of the Indonesians towards Malaysia. I understand that it's a national crisis and i'm not trying to provoke any party but i think it's necessary to reveal this letter written by an Indonesian students who is studying in Malaysian University. Original post was taken from http://abelmanu.wordpress.com/2009/09/. this is what she wrote:

Tidak sedikit masyarakat Indonesia (saya termasuk salah satunya) yang terbakar emosinya oleh ulah Malaysia. Terutama ketika munculnya kembali isu pengklaiman Malaysia terhadap beberapa budaya asli Indonesia. Kali ini tidak hanya batik yang diklaim, bahkan tari reog ponorogo, tari pendet, dan wayang pun ikut diklaim.

tari pendetwayang-kulit

Kebetulan saya mempunyai seorang teman dari SMA yang sekarang sedang menuntut ilmu di negri serumpun kita Malaysia. Terkadang lontaran pertanyaan penuh emosi mengenai Malaysia saya ajukan padanya. Sampai pada akhirnya (mungkin juga karena banyak orang yang bertanya pertanyaan-pertanyaan serupa) ia mengirimkan sebuah message kepada para kerabatnya, termasuk saya, yang berisi pendapatnya mengenai masalah pengklaiman ini. Berikut sebuah penyampaian yang manis darinya… :

Akhir2 ini.. semakin banyak ajaa orang yang bertanya tentang malaysia, gimana perkembangan di Malaysia? gimana reaksi Malaysia? dan masih banyak lagi… akhirnya saya memutuskan untuk menyebarkan berita ini.. analisis (sok tau) dr seorang anak kecil yang mencoba melihat kasus dari dua sisi… heehehe

Pertama saya mau menjelaskan bahwa secara individu pandangan saya mengenai Malaysia. Jujur saya sangat kagum dengan Malaysia. Rakyatnya cukup patuh pada pemerintahan dan rakyatnya sangat mencintain negara termasuk budayanyaa… terlihat dari zaman orang tua saya menempuh jenjang pendidikan di sini, hingga anak sulungnya ini mengikuti jejak mereka, Malaysia tetap tidak berubah, masyarakat tetap mengikuti kultur yang telah mereka punya. Budaya barat dan budaya Asia populer yang lainnya hanya mampu menggoyah sedikit kebudayaan mereka. Untuk kuliah atau bekerja rata2 masyarakat masih menggunakan baju tradisional mereka yaitu baju kurung. Walaupun dalam sudut pandang kita baju itu terlihat kurang ok, tapi saya salut saat mereka tetap mempertahankan, dan mencintainya. hal kecil tersebut memacu saya untuk memakai batik saat kuliyah :)
Walaupun budaya tidak terlalu berubah tetapi secara pembangunan jelas mereka berubah total. kotanya sangat tertata dan rapih… mereka sangat fokus dan optimis tentang perkembangan bangsa… saat ini posisi mereka sudah berada di posisi lepas landas… mulai mengangkasa. perekonomian Malaysia terlihat cukup stabil, dan kemakmuran rakyat cukup merata diberbagai bagian di Malaysia. Dan hal ini dapat terjadi karena, pemerintah Malaysia tidak mengizinkan rakyatnya turut mengambil andil dalam seluruh permasalahan negara. Bukannya mereka menutup-nutupi masalah dari rakyat atau tidak open sm rakyatnyaa. Tetapi karena mereka tahu apa reaksi rakyat jika seluruh permasalahan dibuka secara gambling, yang ada hanya akan menimbulkan reaksi anarkis yang berlebihan, dan pemerintah harus mengeluarkan tenaga untuk mengurusi 3 etnis yang berbeda dengan budaya masing2 yang berbeda, hal tersebut hanya akan memperkeruh suasana bukannya memperbaiki. Saat ini banyak masyarakat Malaysia yang tidak mengerti apa2 tentang masalah Malaysia dan Indonesia. Dan beberapa dari mereka terlihat sangat kaget atas tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia kepada mereka.

Di sisi lain…. saya melihat masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang sangat ramah, dan mempunyai jiwa kekeluargaan yang sangat tinggi walaupun terbagi-bagi menjadi kurang lebih 300 suku. Contohnya, seperti saat ini kami pelajar Indonesia yang cukup jauh dari kampung halaman sering sekali mengadakan kegiatan sehingga kita bisa berkumpul bersama dan saling bertukar pikiran. Tetapi sifat kekeluargaan yang berlebihan ini dapat menimbulkan etnosentrisme di kalangan masyarakat sehingga dengan mudah membanding-bandingkan negara kita dengan negara lain, selain itu jika ada isu negatif atau berita yang kurang mengenakkan tentang negara kita masyarakat dengan mudah terpancing emosinya. Selain itu, kita sangat mudah terpancing isu. Itu merupakan titik kelemahan yang cukup fatal. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari kurang lebih 17.508 pulau yang membentang dari sabang sampai merauke. Banyak budaya dari masing-masing pulau, bebebrapa tradisi atau budaya tidak hanya negara kita saja yang memilikinya. Contohnya tarian Zapin, Zapin disadur dari budaya Arab dan dijadikan tarian melayu, bukan hanya tarian Indonesia tetapi merupakan tarian Malaysia juga.


Mulai masuk ke dalam topik pembicaran kita. Kasus pencurian Budaya Indonesia oleh Malaysia… Kalau menurut pandang saya… (correct me if im wrong) Malaysia merupakan negara pencinta budaya dan tradisi, semuanya diabadikan, mengejar manuskrip tentang asal usul bangsa Melayu dan negara mereka hingga ke Riaupun mereka lakukan, walaupun mereka harus membayar untuk itu semua, mereka tidak merasa keberatan. Nah, Indonesia merupakan negara berjuta budaya dan tradisi, tetapi tidak dijaga! Penduduknya tidak sadar, betapa berharganya semua itu, hingga akhirnya dicuri, baru deh panik kayak orang kebakaran jenggot… Start dari kasus perebutan pulau, lalu klaim terhadap untuk angklung, dan klaim untuk batik, berlanjut terus hingga yang terparah adalah pengakuan tari pendet. Coba kita pikirkan dengan kepala dingin, dan telusuri lagi…
Sedikit belok dari topik, saya ada sedikit cerita, universitas tempat saya belajar saat ini merupakan universitas internasional di Malaysia, dan Alhamdulillah tahun ini menjadi universitas terbaik di Malaysia. Karena merupakan universitas terbaik, tentunya banyak pejabat penting di Malaysia singgah dan berbicara. Tak jarang mahasiswa Indonesia ikut, bertanya, dan turut mengkritik… semua dijawab oleh pihak Malaysia dengan cukup tenang, dan memuaskan. Lalu salah satu program di kampus namanya Ummatic Week. Dalam ummatic week ini, kita diberikan waktu kurang lebih 1minggu untuk mengenalkan negara kita ke pada seluruh penduduk kampus. ☺ kami diizinkan untuk membuat stand dan menampilkan hal-hal yang berhubungan dengan negara kita. Dalam acara ini kami murid-murid Indonesia berusaha melakukan yang terbaik sehingga Indonesia menjadi salah satu negara terfavorit, dan diminati oleh para murid dan dosen… cukup melelahkan juga menjawab pertanyaan setiap orang, memberikan orang video2 tentang negara kita, dan kita juga menarikan salah satu tarian dari pulau dewata yaitu kecak… walaupun sempat disinggung karena itu tarian orang hindu, sedangkan kampus kami kampus Islam, tetap semua orang menikmatinya ☺ nah, saat kami mempersiapkan stand kami kaget, ternyata yang punya angklung tidak hanya kita ataupun Malaysia, tetapi Thailand, dan beberapa negara asia tenggara juga punya. Awalnya kita yang anak baru cuma bisa bengong dan sedikit marah, lalu salah satu senior berkata, itu namanya budaya nusantara. Terbukti bahwa itu bukan digunakan oleh orang Indonesia saja… tetapi negara lain juga turut menggunakannya.


Dari pengalaman tersebut saya belajar, budaya itu terlalu banyak, terlalu luas, dan rasanya tidak pantas untuk dipatenkan. Dalam hal ini saya kecewa dengan Malaysia, mengapa mereka harus mematenkan budaya-budaya nusantara, dan banyak budaya dari Indonesia. Harusnya, budaya itu bisa dengan bebas disebarkan tanpa harus dipatenkan. Sejarahnya harus kuat juga sii.. selain itu saya juga baru tahu, pengembang budaya di Indonesia di Malaysia ternyata banyak orang asli Indonesia loo… Saya bingung, kok mereka menyebarkan budaya kita di negara orang? Well, balik lagi ke negara kita, ternyata masih kurang apresiasi kita terhadap budaya kita, sehingga banyak seniman yang akhirnya melarikan diri dan mengembangkan di luar negeri. Malaysia yang memang suka hal2 tersebut menerima dengan lapang…
Coba ya, sebelum Malaysia mengklaim bahwa batik merupakan budaya mereka berapa banyak orang yang mau menggunakan batik? Cowo2 pakai batik ke acara kawinan aja suka diketawain, apa lagi kalo kita pake kebaya ke kuliah? Padahal jenis kebaya juga banyak-kan tapi kita ga ada yang mau membudidayakan hal tersebut. Semenjak saya kuliah di sini, hampir seluruh anak2 Indonesia, menggunakan batik untuk kuliah, coba kalau di Indonesia, kita pakai batik kuliah paling diketawain, di sini, mereka sangat menerima, dan kita selalu dipuji, sampai dosen memanggil salah satu teman kami ke depan kelas dan berkata, pakaian ini sesuai dengan dresscode islam, dan tetap menghargai budaya negara asli ☺ Awalnya saya termasuk orang yang tidak mau menggunakan batik, malu pakai batik dan semacamanya… tapi, begitu saya sampai di sini, saya baru sadar, betapa berharganya hal tersebut, karena secara tidak langsung hal tersebut merupakan jati diri kita. Tetapi kita tidak ada yang mau mengakuinya, kita malah condong ke arah barat, tetapi kita tidak mengizinkan saat orang lain ada yang lebih bisa menghargainya dengan lebih baik merebut. Itu artinya kita egois. Bener gaa?? (kok jadi emosi?? Hehe.. maaf yaa..) wajar kita marah saat jati diri kita direbut… tetapi, apakah kita pantas marah, padahal kita juga tidak mengenal dengan baik? Tapi, memang banyak rakyat Malaysia yang tidak tahu apa2, karena mereka lebih focus dengan masalah dalam negeri yang sedang panas akhir2 ini, yaitu masalah perbedaan etnis… karena akhir2 ini India dan china merasa diserang atau di nomer duakan oleh pemerintahnyaa, jadi perdana menteri yang baru sedang mengkampanyekan Malaysia Satu… jadi, saat kawan semua sibuk mempermasalahkan hal ini, di sini tidak ada yang mengurusi masalah ini sama sekali.. begitu…
Solusi yang ada dalam benak saya adalah kita minta tolong, tuntut klo perlu, ke UNESCO… untuk menyatakan bahwa budaya itu tidak boleh di hak patenkan! Sehingga semua orang bebas belajar dan menggunakan… lalu perjelas setiap sejarah budaya kita, tanpa kita perlu marah2 atau bersikap anarkis dunia juga dapat melihat siapa yang jujur siapa yang tidak. Karena kalau kita bersikap menggunakan kekerasan, kasihan pelajar yang berada di Malaysia… heheehe… jujur… kita diserang sama teman2 dari tanah air, lalu kita juga diserang oleh orang2 Malaysia yang bertanya kenapa negara kita begitu anarkis sampai membakar negara mereka (ini penghinaan besar buat negara mereka). Kita menjelaskan semuanya dengan baik, sebaik yang kita bisa. Tetapi kita juga butuh dukungan, kalau kita ditekan terus, lama2 kesal juga… hehe.. ☺ semoga ini bisa menjawab pertanyaan kawan2 di tanah air…

-Hanna Luthfina Rizanoel-

Setelah membaca tulisan tersebut, langsung terlintas dalam pikiran saya. Apakah mungkin semua ini merupakan ulah beberapa oknum yang memang sengaja memprovokasi Indonesia-Malaysia? Jika memang iya, itu berarti kita dituntut untuk lebih dewasa dalam menghadapi segala godaan. Jangan cepat terpikir seakan-akan Malaysia mencari masalah dengan kita. Berpikir sebelum bertindak, mungkin adalah sebuah pesan yang tepat. Jangan hanya karena segelintir orang dapat merusak hubungan dua negara yang sesungguhnya serumpun. Semoga masalah ini dapat segera diselesaikan antara kedua negara. Mari kita jaga perdamaian bersama.

Special thanks to Hanna, semoga akan lebih banyak lagi hati masyarakat Indonesia yang terbuka dengan surat darimu ya han..

i believe she has some good points discussed which reflect her education. I myself is very impress with her arguements which i think do not pro of any party. i hope that the letter would make people think before attempting anything.

1 comments:

Nana said...

Nana berdiri and tepuk tangan~~ very nice entry sap.